Senin, 03 Mei 2010

TUGAS KEWARGANEGARAAN

SENYUM MEREKA ADALAH KEBAHAGIAANKU
Aku Anandita, lahir 19 tahun lalu. Aku anak pertama dari 5 bersaudara. Ayahku seorang karyawan swasta dan ibuku seorang ibu rumah tangga. Aku adalah cucu pertama dalam keluarga besarku, oleh sebab itu banyak sekali orang – orang disekelilingku yang sangat mencintai dan menyayangiku karena pada saat itu aku adalah satu – satunya bayi mungil yang hadir dalam ruang lingkup mereka.
Bisa dikatakan aku sangat beruntung karena berada ditengah – tengah keluarga yang sangat perduli padaku dalam segala hal, baik dari hal terkecil hingga hal yang besar. Masa kecilku memang sangat bahagia. Ayahku bekerja disebuah perusahaan yang cukup ternama pada saat itu dengan kedudukan yang cukup tinggi dan dengan penghasilan yang lebih dari cukup serta tunjangan – tunjangan yang sangat bermanfaat. Tanteku seorang pramugari. Ia sudah berkeluarga namun belum dikaruniai seorang anak sehingga ia dan suaminya sangat menyayangiku pula bahkan mengganggapku seperti anaknya sendiri. Akupun sering diperkenalkan dengan rekan – rekan kerjanya sehingga setiap kali ia bertugas baik dalam negeri maupun luar negeri aku adalah orang pertama yang akan diberikan oleh – oleh.
Setelah aku berumur 4 tahun, ibuku mulai bekerja sampai akhirnya aku dititipkan ke nenekku. Aku berpisah dengan ayah dan ibuku. Mereka sibuk bekerja didaerah Pondok Indah sedangkan aku tinggal bersama kakek, nenek serta tante – tanteku. Setiap beberapa minggu sekali mereka menemuiku dengan membawakan mainan dan makanan – makanan kesukaanku.
Masa kecilku terasa sangat bahagia pada waktu itu. Semua yang aku mau dapat terpenuhi dengan mudah. 8 tahun kemudian aku memiliki adik. Mungkin karena jaraknya yang sangat lumayan jauh aku merasa tidak ingin memiliki adik sehingga pada saat adikku lahir aku tidak mau melihatnya karena aku takut tidak disayang lagi dan semua yang aku mau tidak dapat terpenuhi semudah dulu. Namun berkat bujukan ayah dan ibu akhirnya aku mau melihatnya dan tumbuhlah rasa sayangku untuknya. Dia sangat lucu, perempuan dan diberi nama Anggita Octari. Ternyata kasih sayang mereka semua terhadapku tidak berkurang sedikitpun, justru aku lebih senang karena seperti memiliki teman baru.
Setelah adikku lahir, ibuku memutuskan untuk berhenti bekerja karena ingin fokus mengurus aku dan adikku. Akirnya ayah dan ibuku memutuskan tinggal ditempat nenekku dan meninggalkan rumahnya yang didaerah Pondok Indah. Aku sangat senang karena dapat berkumpul kembali dan menghabiskan waktu bersama mereka.
Selang 4 tahun, aku memiliki adik kembali tetapi kali ini adikku laki – laki dan diberi nama Muhammad Raafi Amanda. Kulitnya putih, matanya sangat sipit. Dan kali ini aku melihatnya secara langsung tanpa harus dibujuk karena aku bahagia memiliki adik kembali. Namun ketika Raafi lahir keluargaku sedang takut dan bingung karena sedang diberitakan bahwa perusahaan tempat ayahku bekerja akan bangkrut.
Selang 3 tahun aku memiliki adik yang ke-3, dia laki – laki juga. Namanya Muhammad Rifqi Saputra. Badannya sangat gemuk, pipinya tembem dan matanya juga sipit. Malangnya selang beberapa minggu Rifqi lahir ayahku sudah tidak memiliki pekerjaan karena perusahaan tempatnya bekerja bangkrut akibat kalah teander. Lewat satu tahun kehidupan keluargaku mulai berubah. Memang cukup mengagetkan untukku karena pada saat itu aku sudah duduk dikelas 3 SLTP. Ayahku sudah berusaha melamar pekerjaan kesana – kemari namun belum satupun yang dia dapatkan dengan alasan perusahaan tidak mampu memberikan gaji seperti tempat dia bekerja dulu, tidak ada jabatan yang cocok, dll. Hidup keluargaku saat itu mulai bergantung oleh tanteku yang bekerja dan gaji pesangon kakekku saja sehingga kehidupan kami tidak seglamor dulu.
2 tahun kemudian adik ke-4 ku lahir, perempuan dan diberi nama Ailla Putri. Dia sangat cantik. Pada saat itu aku sudah duduk dibangku SMU. Keadaan ekonomi keluargaku semakin memprihatinkan. Apalagi kakek dan nenekku sudah tidak tinggal bersama kami. Mereka pindah karena menempati tempat tinggal yang khusus diberikan oleh tanteku untuk mereka berdua. Keadaan kami semakin sederhana.
Akhirnya aku lulus SMU. Pada saat itu aku bingung ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi atau tidak. Sejujurnya aku lebih berminat melanjutkan kuliah Akademi Keperawatan dibanding langsung bekerja namun aku sangat memahami kondisi ekonomi keluargaku. Aku dilema namun aku hanya bisa pasrah.
Syukurlah tanteku langsung menghubungiku dan mensupport aku untuk melanjutkan pendidikanku ke Perguruan Tinggi. Namun aku tidak mengikuti egoku untuk melanjutkan sekolah kebidang kesehatan karena aku tahu biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit, aku tidak mau terlalu banyak merepotkan tanteku. Akhirnya aku mencari jurusan lain yang memang aku minati juga dan berguna untuk hidupku kedepannya.
Aku memilih jurusan D3 broadcasti. Semester awal masuk kuliah semuanya baik – baik saja. Nilai indeks belajarku cukup memuaskan untuk aku juga keluargaku terutama bagi kedua orang tuaku juga tante serta om ku yang sudah membiayai kuliahku. Namun ditengah – tengah semester kedua keadaan ekonomi tante serta om ku tidak seperti dulu lagi. Mereka sudah berusaha semampu mereka untuk tetap mempertahankan agar aku tetap melanjutkan kuliahku namun takdir berkata lain. Tante dan om ku hanya bisa membiayai kuliahku sampai semester dua saja. Sempat terbesit difikiranku untuk bekerja sambil kuliah namun itu semua tidak semudah yang aku fikirkan. Sedangkan penghasilan ayahku bekerja ditempat barunya hanya cukup untuk membayar biaya sekolah adik – adikku dan untuk biaya makan sehari – hari. Tidak mungkin aku tetap mempertahankan kuliahku namun adik – adikku tidak sekolah.
Aku benar – benar bingung apa yang harus aku lakukan sampai – sampai konsentrasi kuliahku berantakan karena memikirkan hal ini. Selain itu setiap pulang kuliah aku berusaha kesana – kemari mencari pekerjaan dengan membawa uang pas – pasan namun hampir dua bulan aku tidak juga mendapatkan satupun pekerjaan. Rasanya aku ingin berteriak dan menangis sekencang – kencangnya. Karena sibuk mencari pekerjaan sampai – sampai aku tidak menyadari bahwa minggu depan aku ujian sehingga hasilnya nilai indeks belajarku menurun sangat drastis.
Karena begitu banyaknya fikiran yang ada dikepalaku akhirnya aku jatuh sakit. Waktu liburan yang seharusnya bisa aku manfaatkan untuk mencari pekerjaan jadi tertunda karena aku sakit. Dirumah aku hanya bisa menangis dan berdoa semoga Allah memberikan jalan yang terbaik untukku juga keluargaku.
Sekarang aku sudah masuk semester tiga. Seperti biasa setiap pulang kuliah aku memasukkan lamaran pekerjaan kesemua tempat yang membuka lowongan pekerjaan. Akhirnya disaat aku merasakan keputus asaan, satu bulan setelah aku menaruh lamaran, aku dipanggil untuk interview dan Alhamdulillah aku diterima sebagai pramuniaga disalah satu supermarket. Jadi sekarang aku adalah seorang mahasiswi dan pramuniaga supermarket. Meskipun penghasilannya tidak terlalu besar namun aku yakin akan cukup jika aku kumpulkan setiap bulannya untuk membayar uang semester kuliahku juga untuk ongkos dan makan dikampus.
Aku lebih bersyukur lagi karena jadwal kerjaku dengan jadwal kuliahku tidak bentrok sama sekali. Dari pagi sampai sore aku kuliah seperti biasa dan pulangnya langsung bekerja. Memang aku bekerja hingga larut malam namun aku sangat menikmati semuanya. Untuk masalah tugas kuliah, aku mengerjakannya setiap libur kuliah dan minggu pagi atau jika besoknya harus dikumpulkan, aku mengerjakannnya mencicil setiap kali ada waktu luang seperti jika dikampus dosen sedang berhalangan hadir atau waktu istirahat bekerja. Oleh sebab itu tugas selalu aku bawa kemanapun aku pergi.
Meskipun dikampus ada sebagian teman – temanku yang kadang menghina pekerjaanku namun aku tidak merasa malu sama sekali dengan pekerjaan yang sedang aku jalani saat ini. Justru aku merasa hidupku lebih bermanfaat karena setiap waktunya selalu aku gunakan dengan melakukan kegiatan – kegiatan yang bermanfaat. Tidak seperti dulu, selalu bersantai – santai tetapi tidak menghasilkan apa – apa malah lebih dominan menghambur – hamburkan uang yang pas – pasan dari pada berfikir bagaimana belajar untuk bisa mendapatkan uang dari hasil kerja keras sendiri. Sekarang aku juga lebih memiliki banyak teman baik yang seumuran denganku maupun yang lebih tua juga yang lebih muda. Oleh sebab itu aku bisa lebih memahami krakteristik masing – masing temanku.
Kebahagiaan yang utama untuk diriku adalah aku bisa tetap melanjutkan pendidikanku ke S1 tanpa harus membebani kedua orang tuaku juga keluargaku. Sekarang selain nilai indeks belajarku tetap tinggi, aku juga dapat membantu kedua orang tuaku membuka usaha dirumah juga memberikan uang jajan untuk adik – adikku. Aku sangat menyayangi mereka sehingga aku sangat bersyukur. Karena senyum mereka adalah kebahagiaan yang tak terhingga untukku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar